BAB
I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejarah Islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua
macam aliran besar dalam Islam. Keduanya adalah Ahlussunnah (Sunni) dan Syi’ah.
Tak dapat dipungkiri pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali
terlibat konflik kekerasan satu sama lain, sebagaimana yang kini bisa kita
saksikan di negara-negara seperti Irak, Suriah, Lebanon dan termasuk di
Indonesia.
Terlepas dari hubungan antara keduanya yang kerap kali tidak
harmonis, Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus
mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana.
Tak terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam makalah ini kami akan membahas
pengertian, sejarah, tokoh, ajaran, dan sekte Syi’ah. Semoga karya sederhana
ini dapat memberikan gambaran yang utuh, obyektif, dan valid mengenai Syi’ah, yang pada gilirannya dapat memperkaya
wawasan kita sebagai seorang Muslim.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa pengertian syiah ?
2. Bagaimana sejarah lahirnya syiah ?
3. Bagaimana pokok pokok ajaran syiah ?
4. Apa saja sekte-sekte dalam syiah ?
5. Siapa tokoh-tokoh syiah ?
BAB
II
PEMBAHASAN
a.
Pengetian
syiah
menurut etimologi istilah Syi'ah berasal dari kata
Bahasa Arab شيعة Syī`ah yang
artinya berarti , kelompok, atau golongan pembela dan pengikut seseorang. Bentuk tunggal dari
kata ini adalah Syī`ī شيعي."Syi'ah"
adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya "pengikut Ali", yang
berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat
turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu
adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka
humulfaaizun)[1]Syi'ah bahasa Arab bermakna:. Selain
itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun
menurut
menurut Thabathbai, istilah syiah untuk pertama kalinya
ditujukan kepada para pengikut Ali (syi’ah Ali), pemimpin pertama Ahl al-bait
pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang disebut syiah itu di
antaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqad bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.[1]
terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan
bahwa Ali bin Abu Thalib sangat utama di antara para sahabat dan
lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula
anak cucu sepeninggal beliau. Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa
pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan
sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab.
Para
penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya Syiah, sebagian menganggap Syiah langsung muncul setelah wafatnya Nabi
Muhamad SAW, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin dan
Anshor di balai pertemuan Syakiffah Bani Sa’idah, pada saat itu muncul suara
dari Bani Hasyim dan sebagian kecil Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi
Ali bin Abi Thalib. Menurut Abu Zahrah Syiah lahir atau mulai muncul pada masa
akhir kekhalifahan Ustman bin Affan dan tumbuh berkembang pada masa
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.[2] Kalangan syiah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syiah berkaitan dengan masalah pengganti
(khalifa) Nabi SAW. mereka menolak kekhalifaan Abu Bakar, umar bin Khattab,
utsman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abu thaliblah yang
berhak menggantikan Nabi. Kepimimpinan Ali dalam pandangan syiah tersebut
sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW. Pada masa hidupnya
pada awal kenabian, ketika Muhammad SAW di perintahkan berdakwah kepada
kerabatnya, yang pertama menerima Adalah Ali bin Abu tholib. Di ceritakan bahwa
Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya
akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad,
Ali merupakan orang yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa
besar.[3]
Bukti
utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.
Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari
Mekah ke Madina, di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khamm, Nabi memilih
Ali sebagai penggantinya di hadapan massa yang penuh sesak yang menyertai
baliau. Pada peristiwa itu Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin
umum ummat (walyat-i’ammali), tetapi juga menjadikan Ali sebagaimana Nabi
sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun realitas ternyata berbicara
lain.
c.
Syiah itsna asyarih (syiah dua belas / syiah imamiyah)
Dinamakan
syiah imamiyah karena yang menjadi dasar aqidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religoi politik.,
yakni Ali berhak menjadi khalifa bukan karena kecakapannya atau kemuliaan
ahlaknya, tetapi juga karena ia telah di tunjuk nas dan pantas menjadi khalifa
pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Ide tentang hak Ali dan keturunannya
untuk menduduki jabatan khalifa telah ada sejak Nabi wafat, yaitu dalam
perbincangan politik di saqifa Bani Sa’idah.
Syiah
itsna asyariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seperti
yang ditunjukkan nas. Adapun Al-ausiyah (penerima wasiat) setelah Ali adalah
keturunan dari garis Fatimah, yaitu hasan bin
Ali kemudian Husain bin Ali sebagaiman yang berturut- turut; Muhammad
Al-Baqir, Muhammad Al-Jawwad, Ali-Al-hadi, hasan Al-Askari dan terakhir adalah
Muhammad Al-Mahdi sebagai imam kedua belas. Demikianlah, karena berbaiat
dibawah imamah dua belas imam, mereka dikenal dengan sebutan syi’ah Itsna
Asyariyah.
Ajaran pokok
itsna asyariyah
Tauhid
; tuhan adalah esa baik esensi maupun eksisitensi-nya keesaan tuhan adalah
mutlak. Ia bereksistensi dengna sendirinya. Tuhan adalah qadim. Maksudnya tuhan
bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan Waktu
diciptakan oleh Tuhan. Tuhan Mahatahu, maha mendengar selalu hidup, mengerti
semua bahasa, selalu benar dan bebas berkehendak
Keadilan
: Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta ini merupakan keadilan. Ia tidak
perna berbuat tidak adil kepada ciptaanya, karena ketidakadilan dan kezoliman
terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidak mampuan dan sifat ini
jauh dari keabsholutan dan kehendak tuhan.
Nubuwah
; setiap mahluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk,
baik petunjuk dari tuhan maupun dari manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki
utusan tuhan yang secara transenden di utus untuk memberikan acuan dalam
membedakan antara yang baik dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan
syiah itsna asyariyah, tuhan telah mengutus 124000 rasul untuk memberikan
petunjuk kepada manusia.
Ma’ad
adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan tuhan di akhirat. Setiap
muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan
bersih dan lurus dalam pengadilan tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan
akhirat
Imamah
adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia
yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad
sebagai nabi dan rasul terakhir.
d.
Syiah sab’iyah
Istilah
syiah sab’iyah di analogikan dengan syiah itsna asyariyah, istilah itu
memberikan pengertian bahwa sekte syiah sab’iyah mengakui tujuh imam yaitu Ali,
Hasan, Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad Baqir, Ja’far ash-Shadiq, dan
isma’il bin ja’far. syiah sab’iyah sering disebut juga syiah Ismailiya.
Berbeda
dengan syiah sab’iyah, syiah itsna asyariyah membatalkan Ismail bin ja’far
sebagai imam ketujuha karena di samping memiliki kebiasaan tak terpuji juga
karena ia wafat mendahului ayahnya, ja’far. Sebagai gantinya adalah Musa
Al-Kadzimi, Adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak pembatalan tersebut,
berdasarkan system pengangkatan imam dalam syiah dan menganggap ismail sebagai
imam ketujuh dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang tertuah, Muhammad
bin ismail.
Ajaran pokok
syiah sab’iyah
Para
pengikut syiah sab’iyah percaya bahwa islam dibangun oleh tujuh pilar seperti
di jelaskan oleh Al-Qadhi An-Nu’man dalam doa’aim Al-Islam. Tujuh pilar tersebut
adalah iman, taharah, salat, zakat, saum, haji, dan jihad. Berkaitan dengan
pilar (rukun) pertama, yaitu iman, qhadi An-Nu’man merincinya sebagai berikut.
Iman adalah Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah; iman
kepada surga; iman kepada neraka; iman kepada hari kebangkitan; iman kepada
hari pengadilan; iman kepada Nabi dan Rasul; iman kepada imam; percaya,
mengetahui, dan membenarkan imam zaman.
Dalam
pandangna sab’iyah keimanan hanya dapat di terima bila sesuai dengan keyakinan
mereka , yakni dengnan melalui walayah (kesetiaan) kepada imam zaman. Imam
adalah seseorang yang menuntun ummatnya kepada pengetahuan. Dengan pengetahuan
tersebut , seorang muslim akan menjadi serang mukmin yang sebenar-benarnya.
Syarat-syarat
seorang imam dalam pandangan syiah sab’iyah adalah sebagai berikut.
1. Keturunan Ali dari Fatimah yang
dikenal dengan Ahlul Bait
2. Menurut pengikut mukhtasar
Ats-Tsaqafi pemimpin harus dari keturunan Ali melalui pernikahanya dengan
wanita dari bani hanifa
3. Keimaman jatuh pada tertuah.
4. Imam harus maksum.
5. Imam harus dijabat oleh seorang yang
paling baik
Disamping
syarat di atas, syiah sab’iyah berpendapat bahwa seorang imam harus mempunyai
pengetahuan (ilmu) dan juga harus mempunyai pengetahuan walayah yaitu ilmu
batin dan ilmu lahir.
Kedua,
seorang imam harus mempunyai sifat walayah, yaitu kemampuan esoterik untuk
menuntun manusia kedalam rahasia-rahasia Tuhan. Doktrin tentang imam menempati
posisi sentral dalam Syiah sab’iyah. Kepatuhan dan pengabdian kepada imam
dipandang sebagai prinsip dalam menerima ajaran suci imam.
e.
Syiah Zaidiyah
Disebut
Zaidiyah karena sekte ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam kelima, putra imam
keempat, Ali Zainal Abidin. Kelompok ini berbeda dengan sekte syiah lainnya
yang mengakui Muhammad Baqir, putra Zainal Abidin yang lain, sebagai imam
kelima, dari nama Zaid inilah nama zaidiyah di ambil. Syiah Zaidiyah merupakan
sekte yang moderat. Abu Zahrah menyatakan bahwa kelompok ini paling dekat
dengan sunni.
Ajaran pokok
syiah Zaidiyah
Imamah
sebagaimana telah disebutkan tadi merupakan doktrin yang fundamental dalam
syiah secara umum. Berbedah dengan doktrin imamah yang dikembangkan syiah lain,
syiah zaidiyah mengembangkan doktrin imamah yang tipikal. Kaum zaidiyah menolak
pandangan yang menyatakan seorang imam mewarisi kepemimpinan Nabi SAW. Telah
ditentukan orangnya oleh nabi, tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja.
Selanjutnya,
menurut zaidiyah, seorang imam paling tidak harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut. Pertama, ia merupakan keturunan Ali atau Ahlul bait baik melalui jalur
hasan maupun Husain. Hal ini mengimplikasikan penolakan mereka terhadap
pewarisan dan nas kepemimpinan. Kedua, memiliki kemampuan mengangkat senjata
sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang. Atas dasar ini, mereka
menolak mahdiisme yang merupakan salah satu ciri sekte syiah lainnya . bagi
mereka pemimpin yang menegakkan keadilan dan kebenaran adalah Mahdi. Ketiga,
memiliki kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui ide dan
karya dalam bidang keagamaan.
Doktrin syiah lainnya.
Bertolak
dari doktrin tentang al-imamah al-mahfud, syiah zaidiyah berpendapat bahwa
kekhalifaan AbuBakar, dan Umar bin Khattab adalah sah dari sudut pandang islam.
mereka tidak merampas kekuasaan dari tangan Ali bin Abu thalib. Dalam pandangan
mereka, jika Ahl al-hall wa al-‘aqad telah memilih seorang imam dari kalangan
kaum muslim, meskipun ia tidak memenuhi sifat-sifat keimanan yang ditetapkan
oleh zaidiyah dan telah di baiat oleh mereka, keimanannya menjadi sah dan rakyat wajib berbaiat kepadanya. Prinsip
inilah, menurut Abu Zahrah, yang menyebabkan banyak orang keluar dari syiah
Zaidiyah. Salah satu implikasinya adalah berkurangnya dukungan terhadap Zaid
ketika ia berperang melawan pasukan hisyam bin Abdul Malik.
f.
Syiah Ghulat
Istilah
ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan naik. Ghala
bi ad-din artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas.
Syiah Ghalat adalah kelompok pendukung Ali yang memilik sikap berlebihan atau
ekstrim. Lebih jauh, Abu Zahrah menjelaskan bahwa syiah ekstrim adalah kelompok
yang menempati Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajat
kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Muhammad.
Mengenai
jumlah sekte syiah ghulat para mutakallimin berbeda pendapat. Syarastani
membagi sekte ghulat menjadi 11 sekte : Al-Ghurabi membaginya menjadi 15
sekte-sekte yang terkenal adalah : sabahiyah, kamaliyah, Albaiyah, Mugriyah,
Mansuriyah, khattabiyah, kayaliyah, hisamiyah, nu’miyah, yunusiyah, dan
nasyisiyah wa ishaqiyah.
Ajaran pokok
syiah ghulat.
. Al-Badâ’. Dari segi bahasa, badâ’
berarti tampak. Doktrin al-badâ’
adalah keyakinan bahwa Allah swt mampu mengubah suatu peraturan atau keputusan
yang telah ditetapkan-Nya dengan peraturan atau keputusan baru. Menurut Syi’ah,
perubahan keputusan Allah itu bukan karena Allah baru mengetahui suatu
maslahat, yang sebelumnya tidak diketahui oleh-Nya (seperti yang sering
dianggap oleh berbagai pihak). Dalam Syi’ah keyakinan semacam ini termasuk kufur. Imam Ja’far al-Shadiq menyatakan,
“Barangsiapa yang mengatakan Allah swt
baru mengetahui sesuatu yang tidak diketahui-Nya, dan karenanya Ia menyesal,
maka orang itu bagi kami telah kafir kepada Allah swt.” Menurut Syi’ah,
perubahan itu karena adanya maslahat tertentu yang menyebabkan Allah swt
memutuskan suatu perkara sesuai dengan situasi dan kondisi pada zamannya.
Misalnya, keputusan Allah mengganti Isma’il as dengan domba, padahal sebelumnya
Ia memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih Isma’il as.
. Raj’ah. Kata raj’ah
berasal dari kata raja’a yang artinya
pulang atau kembali. Raj’ah adalah
keyakinan akan dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah swt yang paling saleh
dan sejumlah hamba Allah yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan
kekuasaan Allah swt di muka bumi, bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi.
Sementara Syaikh Abdul Mun’eim al-Nemr mendefinisikan raj’ah sebagai suatu prinsip atau akidah Syi’ah, yang maksudnya
ialah bahwa sebagian manusia akan dihidupkan kembali setelah mati karena itulah
kehendak dan hikmat Allah, setelah itu dimatikan kembali. Kemudian di hari
kebangkitan kembali bersama makhluk lain seluruhnya. Tujuan dari prinsip Syi’ah
seperti ini adalah untuk memenuhi selera dan keinginan pemerintah. Lalu
kemudian untuk membalas dendam kepada orang-orang yang merebut kepemimpinan
‘Ali.
Hulul
artinya tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa, da nada
pada setiap individu manusia.
Ghayba
artinya menghilangkan imam Mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan syiah bahwa imam
Mahdi itu ada dalam negeri ini namun tidak dapat dilihat oleh kasat mata biasa.
Konsep ghayba pertama kali diperkenalkan oleh mukhtar Ats-tsaqafi di kufa
ketika mempropagandakan Muhammad bin Hanafiyah sebagai Imam Mahdi.
Taqiyah. Dari segi bahasa, taqiyah
berasal dari kata taqiya atau ittaqâ yang artinya takut. Taqiyah adalah sikap berhati-hati demi
menjaga keselamatan jiwa karena khawatir akan bahaya yang dapat menimpa
dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung sikap penyembunyian identitas dan
ketidakterusterangan. Perilaku taqiyah
ini boleh dilakukan, bahkan hukumnya wajib dan merupakan salah satu dasar
mazhab Syi’ah.
Tokoh-tokoh syiah
Dalam
pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‘Ali bin Abi
Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang
mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu
Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq. Kedua tokoh ini
dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya. Pemikiran Ja’far al-Shadiq
bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu fiqh dan ushul fiqh, karena keempat
tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan
Imam Ahmad bin Hanbal, secara langsung atau tidak langsung pernah menimba ilmu
darinya. Oleh karena itu, tidak heran bila kemudian Syaikh Mahmud Syaltut,
mantan Rektor Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang
kontroversial di kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnah.). Mahmud Syaltut memfatwakan bolehnya setiap orang menganut fiqh
Zaidi atau fiqh Ja’fari Itsna ‘Asyariyah.
Adapun
Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin terkenal ahli di bidang tafsir dan
fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin ‘Ali telah dikenal sebagai salah
seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah satu karya yang ia hasilkan adalah
kitab al-Majmû’ (Himpunan/Kumpulan)
dalam bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.
Selain
dua tokoh di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syi’ah, di antaranya:
a.
Nashr bin Muhazim
b. Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari
c.
Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
d. Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
e.
Muhammad bin Hasan bin Furukh
al-Shaffar
f.
Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi
al-Samarqandi
g.
Ali bin Babawaeh al-Qomi
h.
Syaikhul Masyayikh, Muhammad
al-Kulaini
i.
Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
j.
Muhammad bin Hamam al-Iskafi
k. Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi
l.
Ibn Qawlawaeh al-Qomi
m. Ayatullah Ruhullah Khomeini
n.
Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain
al-Thabathaba’i
o. Sayyid Husseyn Fadhlullah
p. Murtadha Muthahhari
q. ‘Ali Syari’ati
Kesimpulan
Dari
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Syi’ah adalah salah satu aliran
dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi Thalib dan keturunannya adalah
imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad saw.
Doktrin-doktrin yang diyakini para pengikut Syi’ah secara garis besar ada 11
macam, yaitu konsepsi tentang Ahlulbait, al-badâ’,
asyura, imamah, ‘ishmah, mahdawiyah,
marjâ’iyah atau wilâyah al-faqîh,
raj’ah, taqiyah, tawassul, dan tawallî
dan tabarrî yang dalam banyak hal
memiliki perbedaan (pemahaman) dengan kalangan Sunni. Dalam Syi’ah terdapat
berbagai macam sekte/kelompok yang memiliki perbedaan satu sama lain dalam
memandang ajaran-ajaran seperti tertulis di atas.
Syiah
terbagi kedalam banyak sekte, namun yang paling memiliki pengaruh besar yaitu;
1.
Syiah
itsna asyariyah/ syiah imamiyah.
2.
Syiah
sab’iyah.
3.
Syiah
zaidiyah.
4.
Syiah
ghulat.
Ke empat sekte diatas
terbagi lagi kepada beberapa aliran-aliran.
Ajaran pokok
syiah yaitu ;
1.
Itsna
asyariyah; tauhid, keadilan, ma’ad,nubuwwat, imamah.
2.
Sab’iyah;
Iman, tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad utusan Allah; iman kepada surga; iman kepada neraka; iman kepada hari
kebangkitan; iman kepada hari pengadilan; iman kepada Nabi dan Rasul; iman
kepada imam; percaya, mengetahui, dan membenarkan imam zaman.
3.
Zaidiyah; pertama, ia merupakan keturunan Ali atau Ahlul bait baik
melalui jalur hasan maupun Husain. Kedua, memiliki kemampuan mengangkat senjata
sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang ,memiliki kecenderungan
intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui ide dan karya dalam bidang
keagamaan
4.
Ghulat; bada’,taqiyah, raja’ah, hulul, gyba.
5.
Tokoh
syiah; Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali,
Husain bin ‘Ali, Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far
al-Shadiq.Abdullah bin saba’.
DAFTAR PUSTAKA
M.H
Thabathaba’i, islam Syi’ah, asal-usul dan perkembangannya,terj. Djohan Efendi.
PT. Grafiti Press, Jakarta, 1989.
Abu Zahrah Muhammad,
Aliran politik dan Aqidah dalam islam, terj. Abd.Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib,
logos, Jakarta, 1996.
Nasution Harun,
ensiklopedia islam Indonesia, penerbit djambatan, Jakarta, 1992.
[1]
M.H Thabathaba’i, islam Syi’ah, asal-usul dan perkembangannya,terj. Djohan Efendi.
PT. Grafiti Press, Jakarta, 1989,hlm. 37.
[2]
Muhammad Abu Zahrah, Aliran politik dan Aqidah dalam islam, terj. Abd.Rahman
Dahlan dan Ahmad Qarib, logos, Jakarta, 1996, hlm.34.
[3]
Harun nasution, ensiklopedia islam Indonesia, penerbit djambatan, Jakarta,
1992, hlm.904.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar