PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dakwah adalah bagian penting dalam islam, sehingga sering dikatakan
bahwa islam adalah agama dakwah. Melalui dakwah itulah ajaran islam bisa
tersebar luas ke seluruh penjuru dunia. Melalui dakwah pula, ajaran islam
diamalkan para pemeluknya sehingga tercemin dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan masyarakat . Itulah kenapa, di dalam literatur al-Qur’an sendiri banyak
dalil-dalil yang berbicara dan mengatur tentang apa dan bagaimana berdakwah. Salah
satu perintah Allah untuk berdakwah dalam Al-Quran ialah :
وَلْتَكُن
مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Keberhasilan dakwah akan sangat bergantung kepada bagaimana da’i
tersebut berdakwah. Tidak hanya penguasaan materi yang mumpuni, kemampuan dai
dalam mengenal dan memahami ilmu dakwah pun sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan dakwah itu sendiri. Salah satu analisis ilmu dakwah tersebut ialah
membahas obyek dan Sasaran-nya. Dalam makalah ini dijelaskan secara sederhana
tentang Obyek atau Sasaran Dakwah. semoga bisa bermanfaat untuk anda semua.
B.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud Obyek Dakwah ?
Siapa yang di maksud obyek Dakwah ?
Apa tujuan mengetahui Obyek Dakwah?
PEMBAHASAN
C.
Pengertian Objek Dakwah
Ditinjau dari segi etimologi obyek Dakwah atau Mad’u مدعو adalah
bahasa arab yang merupakan isim maful yang berasal dari fiil madi yaitu دعى menyeruh, dalam Ensiklopedia Islam
diartikan sebagai “ajakan kepada Islam[1],
sedangkan menurut Wahidin saputra bahwa Mad’u ialah orang atau kelompok yang
lazim disebut dengan jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang
da’i, baik itu Mad’u orang dekat atau jauh, Muslim atau non-muslim,laki-laki
ataupun perempuan. Seorang da’i akan menjadikan mad’u sebagai objek bagi
transformasi keilmuan yang dimilikinya.[2] maka
dari sini penulis mencoba mendefeniskan kata مدعو yaitu orang yang menjadi sasaran ajakan kepada islam
yang hakiki.
D.
Objek Dakwah
Ada banyak Ulama yang menjelaskan tentang sasaran atau orang-orang
yang perlu di dakwahi namun penulis mencoba mengambil beberapa pendapat yang di
anggap penting dan utama dalam makala ini :
Menurut Muhamkmad Abu Fath Al-Bayanun Dakwah itu ditujukan untuk orang kafir agar masuk islam, juga di tujukan
kepada muslim untuk memperbaiki keislaman mereka serta meningkatkan keimanan
mereka. Kalau orang-orang kafir di seru itu terdiri dari berbagai macam jenis
dan modelnya, demikina juga objek dakwah dari kalangan muslimin pun
bermacam-macam.
Al-Quran telah mengisyaratkan bahwa muslimin itu terbagi menjadi
tiga macam. Allah ta’ala berfirman :
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ
عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ
سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“kemudian kami mewariskan kitab itu kepada orang-orang yang kami
pilih di antara hamba-hamba kami. Maka di natara mereka sendiri dan dikalangan
mereka pun ada orang yang sedang-sedang da nada pula di antara mereka yang lebi
dulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang demikian itu adalah karunia yang
amat besar.”[3]
Dari sini kita tahu, dalam konsep dakwah kelompok-kelompok ini
tidak dapat diperlakukan sama, akan tetapi dakwa pada tiap-tiap kelopmpok ini
modelnnya sangat tergantung pada keadaannya dan tanggapannya untuk menerima dan
memegang teguh kebenaran.
Maka orang yang telah terlebi dahulu berbuat kebaikan di ajak untuk
memperbanyak kebaikannya merealisasiakan ketakwaannya. Ini merupakan medan luas
yang tiada habisnya sebagaimana firman Allah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman !bertakwalah kalian kepada Allah
dengan sebenar-benar ketakwaan. Dan janganlah kalian mati kecuali kalian dalam
keadaan menyerahakan diri[4].”
Sebagaiman orang yang berbuat zalim itu di ajak untuk kembali dari
kebodohan dan kedurhakaannya, untuk menghindari segala macam kemaksiatan, dan
kembali berpegang teguh dengan perintah dan hukum Allah sebagai wujud taubat
dari kezalimannya.
Sedangkan kelompok yang ketiga (yaitu orang yang sedang-sedang)di
seru untuk berketetapan hati taat dan menjauhi kemaksiatan, sebagaimana
diserukan untuk meningkatkan kondisinya mnejadi orang-orang yang bertakwa.
Berlombah kepada kebaikan.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا
تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah hai Muhammad, Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang,”
Sebagaimana pula orang-orang muslim yang tersesat, yakni orang-orang
yang terjebak dengan segala macam kesesatan akidah itu diseru dengan
memperbaiki akidah-akidah mereka dan kembali dari kesesatannya, sebelum
nantinya dilanjutkan dengan hukum-hukum pidana, sehingga akidah mereka benar
dan segalah bentuk keraguan yang ada pada mereka akan sirna. Maka apabila merka
suda berketetapan hati kepada kebenaran dan petunjuk, maka mereka termasuk
salah satu dari tiga bagian tersebut diatas dan mendapatkan perlakuan
sebagaimana kelompoknya.[5]
Sedangkan menurut Wahidin Saputra sasaran dakwah meliputi
masyarakat dilihat dari berbagai segi :
1.
sasaran
yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing pedesaan, kota besar dan kecil serta masyarakat di daerah
marginal dari kota besar.
2.
Sasaran
yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari sudut struktur kelembagaan
berupa masyarakat, pemerintahan dan keluarga.
3.
Sasaran
yang berupa kelompok dilihat dari segi social kultural berupa golongan priyayi,
abangan dan santri. Klasifikasi terletak dalam masyarakat jawa.
4.
Sasaran
yang berhubungan dengan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia, berupa
dorongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
5.
Sasaran
yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional
(profesi atau pekerjaan ) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,
pegawai, negeri.
6.
Sasaran
yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup social
ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah, dan miskin.
7.
Sasaran
yang menyangkut kelompok masyarakat
dilihat dari jenis kelamin berupa golongan pria dan Wanita.
8.
Sasaran
yang berubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan
masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana.
Made’u adalah objek dakwah bagi seorang da’i yang bersifat
individual, kolektif, atau masyarakat umum. Masyarakat sebagai objek dakwah
atau sasaran dakwah merupakan salah satu unsur yang penting dalam sistem dakwah
yang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan unsur unsur dakwah yang lain
oleh sebab itu masalah masyarakat ini seharusnya di pelajari dengan
sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sebenarnya. Maka dari
itu sebagai bekal dakwah dari seorang da’i atau muballig hendaknya
memperlengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat
hubungannya dengan masalah masyarakat.[6]
Para Da'i tidak cukup hanya mengetahui objek dakwah secara
umum dan secara khusus tersebut, tetapi yang lebih penting lagi yang harus
diketahui adalah hakikat objek dakwah atau sasaran dakwah itu sendiri. Adapun
hakikat objek dakwah adalah seluruh dimensi problematika hidup objek dakwah,
baik problem yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, akhlaq, mu'amalah,
pendidikan, sosial, ekonomi, politik, budaya, dll.[7]
PENUTUP
E.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat simpulkan mad’u atau مدعو adalah isim
maful yang bentuk fiil madhinya adalah دعى
yang artinya menyeruh, memanggil, mengajak.
dapat dipahami bahwa objek dakwah atau sasaran dakwah secara
umum adalah seluruh manusia, dan objek dakwah secara khusus dapat ditinjau dari
berbagai aspek. Secara khusus sebagai berikut :
- Aspek usia : anak-anak, remaja dan orang tua
- Aspek kelamin : Laki-laki dan Perempuan
- Aspek agama : Islam dan kafir atau non muslim
- Aspek sosiologis : masyarakat terasing, pedesaan, kota keci dan kota besar, serta masyarakat marjinal dari kota besar
- Aspek struktur kelembagaan : Priyayi, abangan dan santri
- Aspek ekonomi : Golongan kaya, menengah,dan miskin
- Aspek mata pencaharian : Petani,peternak, pedagang,nelayan,pegawai,dll
- Aspek khusus : Golongan masyarakat tuna susila, tuna netra, tuna rungu, tuna wisma
- Islam atau non islam.
Masyarakat
sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah merupakan salah satu unsur yang
penting dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan
unsur unsur dakwah yang lain, oleh sebab itu masalah masyarakat ini seharusnya
di pelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang
sebenarnya agar dakwah yang kita sampaikan labi terarah dan mengenah ketujuan
dakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Tim
Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Jakarta: Djambatan,
1992
Saputra
Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah,jilid 1(jakarta: raja grafindo persada, 2011
Muhammad
Abu Fath Al-Bayanun, Nasihat untuk para Da’I, cet 1, Surakarta: indiva
pustaka, 2008
Saputra
Wahidin, retorika monologika: kiat dan tips praktis menjadi muballig,
bogor: titian nusa press, 2010
Bachtiar Wardi, Metode Penelitian Ilmu
Dakwah, Jakarta: Logos, 1997
[1]
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam (Jakarta:
Djambatan, 1992) 208
[2]
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah,jilid 1(jakarta: raja grafindo
persada, 2011) hal. 279.
[3]
QS. Fathir: 32
[4]
QS. Ali Imran: 102
[5]
Muhammad Abu Fath Al-Bayanun, Nasihat untuk para Da’I, cet 1(Surakarta:
indiva pustaka, 2008) hal.88-90
[6]
Wahidin saputra, retorika monologika: kiat dan tips praktis menjadi muballig,(bogor:
titian nusa press, 2010), hlm.5-6.
[7]
Wardi Bachtiar, Metode
Penelitian Ilmu Dakwah,( Jakarta: Logos, 1997), h. 35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar